01. Bicarakan Aja


Hai! Sudah lama sekali rasanya gak nulis, dan sekarang menulis terasa lebih awkward haha. Jadi, for a basic information, saat ini aku sudah lulus dari perguruan tinggi. Alhamdulillah. Tapi memang sampai saat ini aku masih belum “bekerja”. NAH ini dia yang mau aku bahas. Tanpa intro yang berbelit-belit, aku akan cerita mengenai hal yang aku alami beberapa bulan belakangan.

Seiring berjalan nya waktu, media sosial yang selama ini aku buka hanya untuk asik-asikan dan sebagai sumber informasi sehari-hari yang ringan turns out menjadi sebuah “tempat” yang menurut aku lumayan membosankan. Sebagai orang yang baru lulus, mungkin disini ada teman-teman yang can relate yah, aku merasa semakin kesini banyak sekali teman-teman yang terlihat mengunggah kesibukan nya, pekerjaa nya. Ternyata, banyak teman lain yang merasakan hal yang sama. Tos dulu, ghaes. Sebenarnya beberapa kali aku sempat sudah bekerja di beberapa tempat, tapi ya…… memang aku sendiri jarang unggah hal-hal itu ke media sosial aku. Sampai saat ini akhirnya aku berujung memilih berkegiatan di rumah dan bantu orang tua karena alasan-alasan tertentu. Memang namanya pekerjaan sudah jadi rejeki masing-masing insan ya. Terima saja, kataku dalam hati. Kebetulan orang tua aku bukan ayah dan ibu yang bawel nanyain pekerjaan, sudah lamar dimana saja dan sudah ada interview apa belum. Tapi, justru dengan sikap orang tua aku yang cenderung cuek dan “diem-diem bae” membuat aku jadi overthink. Please, teman-teman yang merasa senasib ayo kita bersama menggenggam tangan HAHAHA.



 Aku sendiri memang tipe orang yang sering kali overthink. Kadang-kadang malah ga cuma overthink, bahkan sampe over-analysis. Sampai akhirnya aku sadar bahwa satu-satunya yang membuat diriku ini merasa terpuruk adalah PIKIRANKU SENDIRI. Jleb. Iya ya. Terlepas memang sebagai anak, aku merasa masih menjadi beban orang tua hanya karena alasan belum punya pekerjaan tetap. But, hey! Pada akhirnya, aku memutuskan untuk membangun komunikasi secara rutin dengan orang tuaku. Belum menjadi komunikasi yang sempurna, tapi aku jelas membaik setelah bicara blak-blakan ke ibu dan ayahku. Ya bicara apa saja, mengenai proyek yang sedang aku garap, tentang apa yang aku baca, dan hal-hal lain nya yang sebenarnya bisa jadi tidak penting untuk dibicarakan. Feels like a magic, jadilah aku lebih tenang setelah nya. Dan langsung merasa support cinta orang tua memang benar-benar sepanjang masa, tapi kita yang kadang lupa. Keren.





Ternyata, setelah banyak bepikir (iya, meskipun sadar aku overthinker, aku tetap mencoba untuk mengendalikan hal itu supaya arahnya jadi lebih positif) ternyata banyak hal yang perlu kita luruskan dengan KOMUNIKASII mean, bicarakan aja. Bicarakan apa yang menjadi keluh kesahmu, apa yang menjadi ketakutan terbesarmu. Bicarakan aja hal apa yang membuat kamu senang hari ini, apa yang membuat esok menjadi harapan bagi mimpi-mimpimu untuk tetap tumbuh. Dengan bicara, terus terang dan jujur, itu bisa membantu kita menjadi lebih tenang. Setidaknya begitu, menurutku. Begitupun kalau kamu merasa ada yang salah, ada yang tidak pada tempatnya, bicarakan aja hal itu ke dirimu sendiri. Tanyakan dirimu sendiri, sebenarnya ada apa? Apa yang sedang terjadi dengan dirimu? Ternyata komunikasi pada diri sendiri itu perlu. Setidaknya begitu, menurutku. 


Cerita singkatku, yang hanya sebagian kecil aku bagikan disini, semoga bisa menjadi contoh bahwa semuanya akan baik-baik saja selama kamu mau bicara. Akan selalu ada yang mendengarkanmu, bahkan ketika satu-satunya yang dapat kamu ajak komunikasi adalah dirimu sendiri. Bicarakan aja, dirimu jadi bisa lebih mengenal, dan sedihmu tidak akan jadi kekal.






By the way, aku insert foto yang aku ambil yang menurutku sayang kalau aku buang. Jadi masuk sini aja haha anggap aja sebagai pemanis yah. 😄



Comments

Popular Posts